2006-06-26

Da Vinci Code dan Kristen

Kita mengetahui bahwa bukunya Dan Brown telah diterjemahkan ke dalam 40 macam bahasa dan jumlah oplag penjualan lebih dari 60 juta eksemplar. Bahkan banyak umat Kristen yang merasa tidak puas kalau hanya membaca satu kali saja, maka dari itu mereka baca berulang kali dari awal s/d akhir untuk meneliti dimana letak kesalahannya mas Dan Brown tsb.

Tetapi dilain pihak jawablah dengan jujur pernahkan Anda membaca Alkitab dari awal s/d akhir ? Dan apa yang Anda ketahui tentang Alkitab itu sendiri ? Maka dari itu bacalah oret-oretan ini agar tidak disebut O´on, dimana ngakunya sih sebagai wong Kristen, kalho ditanya tentang Da Vinci Code ngerti, tetapi kalho ditanya tentang Alkitab teu nyaho ato kagak ngeh; malu atuh euuu…uy !

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Insitituut Kaski – Belanda di tahun 2004, ternyata 90% penduduk Belanda yang beragama Kristen memiliki Alkitab, hanya sayangnya 50% dari mereka itu tidak pernah membacanya. Dan hanya 40% penduduk Kristen Belanda membaca Alkitab, tetapi yang benar-benar membaca Alkitab secara rutin hanya 20% saja.

Di Indonesia pun tidak beda jauh, menurut data BPS 2000, bahwa orang Kristen kini berjumlah sekitar 18% dari 250 juta penduduk Indonesia atau 45 juta, tetapi kenyataannya hanya 10 juta saja yang memiliki Alkitab, sebab berdasarkan laporan dari LAI selama 47 th LAI berdiri baru 10,7 juta Alkitab yang tersebar.

Bahkan kalau kita jujur, memang benar banyak orang Kristen yang tidak pernah lupa membawa Alkitab ke Gereja, tetapi selain di gereja apakah mereka pernah mau membacanya juga secara rutin di rumah ? Atau hanya digunakan sebagai pajangan azah untuk mejeng di lemari atau sebagai pengganjal pintu begitu. Alkitab merupakan buku yang paling banyak terjual di dunia lebih dari 372 juta eksemplar dan telah diterjemahkan ke dalam 2.406 bahasa. (Sumber www.vision2025.org)

Alkitab dalam banyak bahasa disebut Bible, kata ini diserap dari bahasa Yunani “biblos” atau “byblos” yang berarti “gulungan papirus” atau diatas mana pada saat itu ayat-ayat tsb ditulis. Alkitab dibagi dalam dua Kitab “Testamen Lama & Testamen Baru”. Perkataan testamen itu sendiri diserap dari bahasa Latin Testamentum yang diterjamahkan dari bahasa Yunani = diatheke yang berarti Perjanjian atau Ikatan.

Hitler berusaha untuk meyakinkan bangsa Jerman bahwa Testamen “Lama” itu sudah kuno alias kadaluarsa dan hanya berlaku untuk umat Yahudi saja, sebab dalam Testamen Baru, Tuhan Yesus sudah menggantikan hukum Taurat yang berlandaskan “mata dibalas dengan mata” (Lex Talionis ) Keluaran 21:23 dengan hukum “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka” (Matius 5:44).

Kitab Perjanjian Lama ditulis sekitar 1200 sebelum Masehi, sedangkan Perjanjian Baru antara 50 s/d 130 sesudah Masehi. Kitab yang paling tua pernah ditemukan ialah Kitab Yesaya yang usianya sekitar 180 sebelum Masehi sedangkan serpihan kitab Perjanjian Baru yang diketemukan dari Kitab Yohanes 120 sesudah Masehi.

Pada awalnya Alkitab belum dibagi ke dalam pasal maupun ayat-ayat seperti yang kita baca pada jaman sekarang ini. Mereka baru membagi dalam pasal dan ayat diperkirakan pada th 1240 ini dilakukan oleh Hugo Cardinalis membagi Alkitab dalam berbagai pasal. Kira-kira baru dua abad kemudian sekitar th 1445 seorang Rabi Yahudi yang bernama Mordecai Nathan membagi pasal-pasal yang telah dibuat oleh Hugo Cardinalis dengan secara lebih rinci lagi ialah ke dalam ayat2 seperti yang kita kenal sekarang ini

Septuaginta adalah terjemahan Yunani yang paling utama dari Perjanjian Lama. Tanda umum bagi Septuaginta ialah "LXX" berarti angka 70, tetapi seharusnya 72, sebab angka ini diambil dari jumlah 72 orang penterjemah diterjemahkan dalam tempo 72 hari. Dilakukan pada masa pemerintahan Ptomelemues Filadelfus (285 -246 sM).

Terjemahan Alkitab bahasa Melayu (bahasa Indonesia Kuno) yang paling pertama dan paling terkenal itu adalah terjemahan Leydekker, yang mula-mula diterbitkan dengan lengkap pada tahun 1733.

Perlu diketahui bahwa menterjemahkan Alkitab itu tidaklah mudah. Misalnya John Eliot penterjemah Alkitab dari bhs Indian Kunto, menemukan bahwa orang-orang Indian itu tidak memiliki kata untuk "garam." Ia harus mencari kata pengganti baru, agar ia bisa mengalihbahasakan ayat seperti misalnya "Kamu adalah garam dunia" (Matius 5:13).

Begitu juga dalam Alkitab bahasa Vietnam, istilah "munafik" diterjemahkan "orang yang mulutnya lurus tapi hatinya bengkok." Sedangkan di dalam Alkitab untuk salah satu suku Indian di Amerika Latin, "munafik" diterjemahkan "bermuka dua," atau bahkan "berkepala dua."

Mungkin Anda akan mengeluh, karena membaca Alkitab dari awal hingga akhir itu tidaklah mudah apalagi kalau harus membaca Kitab Wahyu yang sukar dimengerti. Dalam hal ini Anda tidak perlu minder karena M´bahnya wong Kristen John Calvin yang pengetahuannya sejajar dengan Martin Luther sekalipun tidak mampu memberikan komentar maupun menafsirkannya, padahal ia telah memberikan penafsiran dan komentar yang lengkap untuk semua bagian Alkitab, terkecuali Kitab Wahyu itu.