2006-07-07

7 Langkah Menuju Kesejahtraan Finansial

Langkah 1: Motivasi diri Anda dan tetapkan kekayaan saat ini
Semua hal yang dirasa tidak nyaman seputar keuangan bisa menjadi bahan motivasi untuk mengontrol keuangan keluarga. Tentunya Anda sering mendengar bahwa perkataan bila Anda berada dalam kesulitan selalu saja ada jalan keluar. Gunakan kesulitan atau ketidak nyamanan tadi sebagai motivasi untuk mencapai apa yang Anda impikan.

Menetapkan berapa kekayaan bersih yang Anda miliki adalah langkah awal bijak yang harus Anda lakukan. Alat bantunya adalah pembuatan catatan kakayaan. Catatan kekayaan merupakan ringkasan dari nilai aset, hutang atau liabilities dan kekayaan bersih keuangan keluarga pada waktu tertentu. Catatan kekayaan ini merupakan potret sesaat keadaan keuangan keluarga, misalkan per 31 Desember 2003. Catatan ini memberikan perkembangan kondisi keuangan sebuah keluarga. Dari gambaran ini dapat dilakukan perencanaan lebih lanjut untuk meningkatkan nilai aset dan mengurangi hutang yang masih dimiliki keluarga. Tanpa adanya cacatan kekayaan dengan informasi lengkap, maka sulit bagi Anda untuk mencapai tujuan yang diidamkan.

Bila Anda sudah membuat cacatan tersebut dan memperoleh nilai kekayaan bersih yang Anda miliki, ada baiknya bila Anda membandingkan dengan ukuran general kekayaan dari sebuah buku dengan judul “The Millionaire Next Door” yang ditulis oleh Thomas J. Stanley dan William D. Danko. Formulanya adalah sebagai berikut “A persons’s expected wealth ougth to be 10% of your age multiplied by the annual household income”. Bila formula ini diaplikasikan untuk Anto dengan usai saat ini 35 tahun dan pendapatan selama setahun sebesar Rp.60 juta, maka nilai kekayaan bersih yang sebaiknya dimiliki adalah sebesar 3,5 x Rp.60 juta = Rp.210 juta.

Langkah 2: Tetapkan tujuan dan sesuaikan dengan kondisi keuangan
Menurut hemat kami, tujuan keuangan keluarga harus memenuhi 5 kriteria, yang disingkat menjadi SMART: Specific, Measurable, Attainable, Reality-based, dan Time-bound. Tujuan keuangan keluarga harus dinyatakan secara spsifik dalam nilai yang terukur serta jangka waktu pencapaiannya. Sebagai contoh, Anda ingin untuk hidup berkecukupan di masa tua. Ini memang tujuan, namun belum spesifik. Diperlukan nilai terukur, misalnya memerlukan dana Rp 1 milyar untuk dapat hidup berkecukupan di masa tua nanti. Agar lebih lengkap, tujuan perlu dinyatakan misalnya sebagai berikut: Pensiun pada usia 55 tahun dengan dana yang dimiliki Rp 1 milyar.
Salah satu kata kunci lain dalam menentukan tujuan keuangan keluarga adalah realistis, agar secara rasional bisa dicapai melalui pelaksanaan dan usaha yang berkesinambungan. Untuk itu, perlu dipertimbangkan situasi kondisi saat ini dalam menentukan tujuan. Jangan sampai tujuan ini menjadi seperti punguk merindukan bulan.

Ciri realistis sangatlah penting karena tujuan keuangan merupakan pilar penting perencanaan keuangan keluarga. Tujuan yang terlalu muluk malah akan menjadi bumerang karena bebannya akan terasa sangat berat sehingga kita menjadi enggan untuk melakukan perencanaan dan usaha pencapaiannya.

Langkah 3: Kenali kemana uang Anda dibelanjakan dan batasilah
Seperti Anda ketahui bahwa uang tunai sangat likuid, yang diartikan Anda dapat membelanjakannya. Untuk sebagian dari kita, karena uang tersebut sangat likuid, sering kali berlalu seperti air dalam genggaman tangan. Sebuah perencanaan anggaran belanja yang baik dapat memperlambat aliran tersebut dan membantu bila terjadi “banjir” keuangan.

Secara sederhana, penyusunan anggaran belanja bagi suatu keluarga adalah pemetaan tentang arah perjalanan finansial keluarga itu. Walaupun jangka waktu anggaran terbatas, tetapi setiap keputusan finansial yang diambil baik dari sisi pemasukan maupun pengeluaran, secara langsung atau tidak langsung, akan sangat mempengaruhi arah perjalanan finansial selanjutnya. Langkah-langkah finansial kecil yang kita putuskan melalui anggaran akan menentukan langkah-langkah besar di kemudian hari.

Langkah 4: Perhatikan dua masalah keuangan ini—overspending dan debt
Belanja berlebihan dan hutang diluar kemampuan, pasti akan merusak sebuah kondisi keuangan yang tadinya solid seperti baja menjadi “amburadul”.

Kebiasaan untuk berbelanja berlebihan bisa dikarenakan belanja itu menyenangkan. Masyarakat kita menganggap ke mall sebagai salah satu hiburan keluarga. Yang tadinya hanya ingin jalan-jalan, pulang malah membawa bungkusan besar dari hasil belanja di mall. Keputusan untuk membeli haruslah didasari oleh sebuah kebutuhan, jangan Anda membelinya hanya karena dorongan atau ketertarikan karena promosi serta iklan besar-besaran ataupun diskon. Tapi ambilah keputusan membeli sesuatu karena memang Anda membutuhkannya.

Contoh diatas merupakan kebiasan keuangan dimana mendahulukan membayar untuk orang lain dari pada diri sendiri. Untuk dapat mengubah serta memperbaiki pola pemakaian uang yang Anda hasilkan tiap bulannya maka Anda harus membayar untuk diri Anda sendiri di depan. Setiap baru mendapatkan gaji atau penghasilan bulanan sebelum dipakai untuk kebutuhan atau keperluan lain, sisihkan 10%-nya setiap bulan.
Satu hal penting berkaitan dengan hutang adalah hutang kartu kredit. Pemakaian kartu kredit sangatlah memudahkan. Tapi ingat jangan anggap kartu kredit sebagai uang saku atau tambahan tapi kartu kredit adalah hutang yang harus Anda bayar begitu tagihan datang. Jangan anda membayar tagihan yang datang setiap bulan hanya cicilan minimalnya saja, karena bunga kartu kredit saat ini masih relatif tinggi, rata-rata berkisar di 3% perbulannya. Dengan bunga majemuk maka bunga kartu kredit per tahun bisa lebih dari 40%. Bukan main tingginya, bukan? Oleh karenanya berhati-hatilah dengan persoalan hutang ini.

Langkah 5: Kekuatan perencanaan didukung dengan investasi yang bijak
Investasi dalam arti yang paling dasar adalah, menempatkan dana Anda untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Investasi merupakan sarana terpenting dalam meningkatkan kemampuan Anda untuk mengumpulkan dan menjaga kekayaan. Sebagai awal, sangat penting bagi Anda untuk memahami bahwa “no single investemnt is right for everyone”. Berbagai batasan seperti kebutuhan akan uang tunai, tujuan dan prilaku serta preferensi Anda terhadap risiko, membuat setiap individu memilih investsi yang berbeda-beda. Menentukan investasi yang tepat membutuhkan sebuah perencanaan yang sesuai.

Dengan menetapkan tujuan spesifik yang telah anda lakukan di langkah ke-2, maka berdasarkan hal itu Anda dapat merencanakan proses pencapaiannya dengan mengalokasikan (menginvestasikan) dana secara regular. Pola investasi ini biasa disebut “Dollar Cost Averaging” .

Langkah 6: Jaga keluarga anda dari risiko dengan asuransi
Seperti halnya investasi, maka proteksi juga sangat dibutuhkan dalam proses pelaksanaan perencanaan. Karena kita tidak pernah akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin timbul pertanyaan, apakah semua orang membutuhkan asuransi? Tidak ada jawaban yang pasti dalam hal ini. Kebutuhan asuransi sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi Anda.

Sebagai aturan umum apakah Anda membutuhkan asuransi atau tidak, bisa difokuskan pada pertanyaan apakah Anda sudah menikah atau belum? Secara umum, individu yang belum menikah kebutuhan akan asuransi jiwa menjadi menurun. Tapi hal ini bukan berarti bila Anda tidak memiliki anak maka Anda tidak membutuhkan asuransi. Mungkin saja Anda membutuhkannya. Akan tetapi kecenderungannya, individu yang belum menikah belum menjadikan asuransi menjadi prioritasnya.

Sebaliknya, bila Anda sudah menikah dan memiliki anak, maka asuransi harus menjadi prirotas. Kebutuhan akan asuransi menjadi sangat besar karena sekarang Anda sudah memiliki tanggungan.

Langkah 7: Ini adalah awal bukannya akhir
Perencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan sekali dan dilupakan. Perencanaan keuangan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Keenam langkah di atas merupakan awal dari sebuah proses panjang perencanaan, yang membutuhkan monitoring dan revisi bila dibutuhkan. Kehidupan keluarga akan selalu berubah dan perencanaan keuangan keluarga harus mengikuti perubahan yang terjadi dalam keuangan keluarga. Selamat merencanakan kehidupan keuangan keluarga yang lebih baik di masa depan.

Saat berada di puncak kesuksesan..

Pada zaman kerajaan-kerajaan di Cina, sejarah kekuasaan sering diwarnai dengan kekejaman demi kekejaman. Ini juga tidak jauh berbeda dengan sejarah kerajaan di Nusantara yang dipenuhi konflik dan intrik antar pemegang kekuasaan. Kemenangan dan kekuasaan sering dipakai untuk melampiaskan dendam yang begitu keji. Dan sudah pasti, membalas dendam selalu berarti menciptakan dendam-dendam baru yang tak berkesudahan.

Untuk kesekian kalinya, kita harus ingat bahwa kekerasan akan melahirkan kekerasan baru. Pelampiasan dendam akan memunculkan dendam baru yang tak kalah keji.

Mungkin sudah menjadi sifat manusia yang gampang sekali mabuk kekuasaan. Mengalahkan atau menaklukkan musuh dianggap sebagai pintu untuk berbuat apa saja, sekehendak hati dan tanpa mengenal batas. Sekalipun perbuatan tersebut telah melanggar batas-batas moral dan perikemanusiaan. Titah penguasa di puncak kekuasaan tak bisa dibantah oleh siapa pun, sekalipun bantahan itu mengandung kebenaran. Kita, seharusnya bisa mengambil hikmah dari sejarah kelam masa silam ini.

Dalam kehidupan nyata kita dapati yang namanya kesuksesan, nama besar, popularitas, atau kekayaan. Melalui perjuangan yang gigih, siapa pun bisa meraih hal-hal yang sangat menggoda itu. Tetapi harus diingat, sama seperti sifat kekuasaan, maka kesuksesan, nama besar, popularitas, maupun kekayaan itu sifatnya seperti pedang bermata dua. Bisa membawa kebaikan, tetapi bisa pula membawa petaka bagi mereka yang memilikinya. Semua itu tergantung pada kualitas mental orang tersebut.

Kita ambil contoh saat Myke Tyson berada di puncak kejayaannya. Sayang sekali, kesuksesan yang diraihnya dengan pengeorbanan yang besar, tidak diimbangi dengan kualitas mental. Yaitu mental kaya yang semestinya dimiliki oleh olahragawan besar sepertinya. Akhirnya, Myke Tyson terperosok dalam kasus-kasus yang menyulitkan hidupnya, sekaligus memudarkan nama besar yang pernah digenggamnya.

Ini berbeda sekali misalnya dengan Michael Jordan. Nama besar dan kesuksesannya makin berkilau berkat kualitas mental yang sehat dan mengagumkan. Prestasi dan prinsip-prinsip hidup yang dianutnya menjadikannya sebagai olahragawan besar yang diteladani. Menjadi sumber motivasi dan inspirasi banyak orang terutama generasi muda.

Sukses, nama besar, dan kekuasaan politik disikapi secara berbeda menurut kualitas mental yang dimiliki seseorang. Bagi mereka yang bermental miskin, kekuasaan, sukses, dan nama besar bisa membuatnya lupa diri, sombong, paranoid, atau penyakit-penyakit mental lainnya. Tetapi bagi mereka yang bermental kaya, kekuasaan, sukses, dan nama besar disikapi sebagai sesuatu yang tidak abadi. Sebab itu, mereka menggunakannya untuk menciptakan lebih banyak kebaikan, yang mendatangkan inspirasi dan motivasi bagi orang lain, untuk melakukan hal yang sama.

Profesionalisme Sejati...

Alkisah dalam sebuah latihan perang, Sun Tzu berani menghukum anaknya sendiri (yang jadi kepala prajurit) yang gagal menjalankan latihan perang-perangan. Jika kita gunakan logika umum, mana mungkin seorang ayah mau menyakiti anak yang dicintainya? Bahkan melukainya di depan orang banyak, seolah seperti sengaja mempermalukannya.

Satu prinsip strategi perang ditunjukkan langsung oleh Sum Tzu di hadapan para prajuritnya. Bahwa dalam perang tidak ada hak istimewa bagi keluarga atau anak jenderal. Siapa pun yang dipilih sebagai komandan atau pemimpin perang, dia harus memiliki kecakapan perang dan mampu memimpin pasukan. Untuk soal kemampuan kemiliteran dan kepemimpinan tidak ada sedikit pun kompromi.

Inilah prinsip profesionalisme sejati yang diajarkan Sun Tzu sejak ribuan tahun yang lalu. Selain bidang kemiliteran, prinsip profesionalisme sejati ini juga berlaku di segala bidang kehidupan. Yaitu di bidang politik, birokrasi, manajemen, bisnis, karir, hingga di kehidupan pribadi setiap orang.

Kalau kita mau jujur, banyak hal di bidang yang saya sebutkan tadi, berjalan di luar arah yang seharusnya. Bahkan tak jarang akhirnya gagal mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan, semua dikarenakan tidak berlakunya prinsip-prinsip profesionalisme. Contoh: dalam manajemen perusahaan kita menempatkan orang-orang di posisi penting yang bukan karena skill dan profesionalismenya, tetapi lebih karena kedekatan kita dengan mereka. Seperti karena mereka adalah sanak saudara, teman sealumni, sesuku, seagama, kenalan dekat, atau semata karena kita menyukai mereka.

Lalu pada saat terjadi konflik, ada pelanggaran, ada masalah, maka karena kedekatan itu kita jadi dalam mengambil sikap. Kita tidak enak memberi peringatan, tidak enak mengkoreksi, bahkan pada saat harus bertindak tegas kita tak berani memecat atau menghukum orang yang jelas-jelas salah. Hal ini pasti tidak terjadi jika sejak awal kita menegakkan prinsip-prinsip meritokrasi atau profesionalisme yang ketat dan tegas dalam rekrutmen maupun penempatan posisi penting.

Tidak ada yang salah menempatkan orang-orang dekat pada posisi penting. Tetapi ingat, posisi-posisi penting dalam bisnis, politik, dan manajemen pemerintahan selalu mengandung tanggung jawab yang besar. Sebab itulah, pantang menempatkan orang yang tidak cakap di posisi tersebut. Dengan langkah tegas ini, risiko lebih bisa diminimalkan.

Jauhi dendam...

Dalam kehidupan kita ini, ada orang-orang yang merasa hidupnya hanyalah akan berarti apabila mereka mampu membalas dendam. Bagi orang-orang yang memendam dendam ini, tidak ada kehormatan atau makna lain selain terbalasnya dendam kesumat tersebut.

Dendam sebenarnya juga merupakan sebuah cita-cita, namun biasanya lebih bermakna negatif. Cita-cita itu memang penting dimiliki oleh siapa pun. Cita-citalah yang bisa memberi kekuatan atau dorongan yang sangat besar. Cita-citalah yang men-drive seseorang menuju impiannya. Tetapi sekali lagi, dendam adalah sebentuk cita-cita yang negatif.

Memang dendam itu memberikan energi yang luar biasa besar, tetapi juga membutakan mata, mematikan perasaan, dan melenyapkan akal sehat. Dendam selalu mendorong orang untuk menyakiti, melecehkan, meruntuhkan moral, menghancurkan, bahkan memusnahkan pihak lain. Tanpa pandang bulu dan bila perlu melawan siapa pun yang menghalangi terbalasnya dendam itu. Petaka dendam semacam ini dapat kita lihat dalam kisah-kisah kerajaan di masa lalu, tapi juga masih ada di kehidupan kita sehari-hari hingga saat ini.

Orang bisa saja memiliki dendam yang sangat kuat, ada pula yang bersifat ringan. Namun dendam tetaplah dendam yang apabila dibalaskan akan menimbulkan masalah baru. Yang sangat-sangat berbahaya dari dendam adalah kemampuannya untuk menciptakan dendam balasan. Dendam yang terlampiaskan akan melahirkan dendam kesumat baru di pihak yang dihancurkan. Anak keturunan atau siapa pun yang terkait akan melanjutkan dendam dan bersumpah membalaskan dendam tersebut. Seperti lingkaran setan yang tak berujung pangkal.

Satu-satunya buah dendam hanyalah samudera keperihan yang tak bertepi. Tetapi hingga detik ini, kita saksikan tindakan-tindakan brutal tak berperikemanusiaan yang melahirkan dendam-dendam baru. Kita lihat bagaimana perang yang terjadi di Timur Tengah atau belahan bumi lainnya, di mana tindakan saling bunuh dan saling menghancurkan telah menimbulkan dendam kolektif yang luar biasa destruktif.

Dalam benak saya, alangkah indahnya jika keseluruhan energi dan pikiran kita difokuskan bukan untuk melampiaskan dendam, tetapi dicurahkan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat baik untuk diri pribadi kita maupun orang lain. Alangkah damainya republik ini jika setiap dari kita ikut serta dalam berlomba-lomba melakukan kebaikan demi kebahagiaan orang-orang di sekitar kita, serta mereka yang membutuhkan pertolongan kita. Hilangkan dendam antar golongan, suku, agama, ras, ideologi atau keyakinan politik. Sesungguhnya kita dipersatukan dalam tindakan kebaikan.

Tahap Awal untuk Pengembangan diri....

Dibanding ciptaan Tuhan yang lainnya, manusia adalah ciptaan yang paling sempurna. Kesempurnaan di sini dilihat dari kelengkapan sisi-sisi manusia itu sendiri, yaitu adanya kebaikan, ada pula keburukan. Ada sisi yang kuat, ada pula sisi yang lemah. Manusia sebagai makhluk penuh potensi diri, harus selalu bertumbuh menuju aktualisasi dirinya. Manusia harus mengenali kedua sisi tersebut sebaik-baiknya. Sebab, mengenal diri sendiri adalah dasar dari action atau tindakan-tindakan, demi meraih sebuah cita-cita yang besar.

Contoh: setelah menganalisis diri dengan saksama, kemudian kita mampu menemukan kekuatan personal kita seperti kreativitas, semangat berinovasi, ketajaman analisis, kemampuan menemukan peluang, penerimaan terhadap hal-hal baru, semangat belajar yang tinggi, serta cita-cita atau tujuan-tujuan pribadi yang mulia. Tetapi di sisi lain, mungkin saja kita merasa memiliki kelemahan, seperti kurang disiplin, tidak fokus, kurang konsisten, tidak berani mencoba, atau tidak berani ambil risiko.

Pada kasus ini, kita lihat betapa kekuatan berupa potensi-potensi diri yang istimewa menjadi sulit berkembang, karena kelemahan-kelemahan yang tidak bisa dikendalikan atau dikelola dengan baik.

Titik krusialnya di sini adalah, memaksimalkan potensi atau kekuatan dan sekaligus meminimalkan pengaruh kelemahan kita.
Caranya:
Pertama, berkomitmen untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan tersebut.
Kedua, melakukan action atau usaha yang sungguh-sungguh untuk menghentikan pengaruhnya setiap kali kelemahan diri tersebut muncul.
Ketiga, menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baru yang mendorong mencuatnya potensi kita, dan pada saat bersamaan mengubur sedalam-dalamnya setiap kelemahan kita.
Keempat, terus-menerus menumbuhkan dan mengembangkan motivasi diri, supaya semangat selalu berkobar dan kita senantiasa memiliki mentalitas yang sehat.

Dan keempat hal tersebut harus kita mulai sekarang juga! Ingat, hanya orang yang memiliki motivasi dan berani bertindak saja yang akan sukses. Action is power! Tindakan adalah kekuatan!

Meraih Sukses Sejati....

Mungkin Anda dan saya sering menyaksikan betapa kesuksesan, puncak keberhasilan, atau tercapainya cita-cita, terkadang justru memunculkan semacam krisis eksistensi. Keberhasilan-keberhasilan memang bisa membawa seseorang ke posisi puncak dan bergelimang popularitas. Namun, tak jarang justru pada saat berada di puncak kesuksesan karir itulah seseorang mulai mempertanyakan apa sesungguhnya tujuan hidupnya yang sejati.

Memang, kesuksesan harus ditapaki dengan perjuangan, pengorbanan, konsistensi, dan kerja keras. Semua orang ingin berhasil dan tidak ada sukses yang gratis. Banyak orang salah menafsirkan dan menganggap bahwa kesuksesan tidak memiliki ekses negatif sama sekali. Ini salah! Sukses pasti memiliki ekses negatif jika diraih dengan cara-cara yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar kemanusian. Misalnya, sukses diraih dengan mengorbankan orang lain atau mengingkari keyakinan kita yang paling dalam. Tetapi ingat, sukses yang diraih dengan cara-cara yang benar sekalipun bisa mendatangkan akibat-akibat negatif.

Popularitas para pesohor misalnya, selain mendatangkan kekayaan, nama besar, pemujaan, bahkan fanatisme, ternyata juga bisa mendatangkan gangguan-gangguan psikologis. Misalnya: kesepian, keterasingan, stres, depresi, neurotik, megalomania, dan ujung-ujungnya lari ke perilaku abnormal atau narkotika. Kita pasti ingat apa penyebab kematian para pesohor seperti Elvis Presley, Marlyn Monroe, John Lenon, dan Bruce Lee. Sukses spektakuler mereka ternyata diikuti pula dengan tekanan-tekanan mental yang ternyata tidak berhasil mereka kuasai. Akhirnya, sukses itu menjadi bumerang dan menghancurkan hidup mereka sendiri.

Sukses itu tidak identik dengan tercapainya semua keinginan material, berlimpahnya harta kekayaan, popularitas atau nama besar. Apa artinya sukses jika itu diraih dengan mengorbankan harga diri, mengorbankan nilai dan keyakinan yang paling dalam, mengorbankan keluarga, saudara, sahabat, atau teman-teman sendiri.

Sukses sejati adalah sukses yang membuat kita merasa bersyukur telah menjadi manusia yang seutuhnya. Sukses yang membuat kita tergerak untuk menularkan dan membantu orang lain mencapai kesuksesannya. Sukses yang membawa manfaat dan kebahagiaan bagi banyak orang. Jika saat ini kita sedang berjuang menggapai sukses, jangan pernah lupa meletakkan tujuan kemanfaatan bagi sesama itu, ke dalam fondasi rancang bangun perjuangan kita. Maka, sukses sejati pasti kita raih!

Intinya dalam segala hal dari sisi kehidupan kita jangan pernah kita ada pamrih, tapi kita selalu berusaha untuk selalu memberikan GOOD SERVICE bagi orang lain, kalau ini bisa kita lakukan kita adalah orang yang sukses...

Islam mengajarkan tentang pentingnya Amal Zariah, yaitu suatu perbuatan atau tindakan yang bisa menyebabkan orang lain sukses. Suatu tindakan yang bisa bermanfaat bagi orang lain agar mereka juga sukses, sungguh segala sesuatu yang tersirat didalam al'quran dan sunnah rasul adalah merupakan kunci sukses sejati....

Beruntunglah bagi orang-orang yang dengan ikhlas hati berusaha mempelajari islam...