2006-06-26

Do’a Ummat Egois

Leo Tolstoy berkata: Bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh kita hanya dengan satu tujuan saja ialah mencapai kebahagiaan pribadi. Pascal pun mengaminkannya, bahkan ia menambah, bahwa orang bunuh diri sekalipun sebenarnya hanya demi kebahagiaan dan kepuasannya dia semata-mata.

Untuk mencapai tujuan inilah kita hidup dan menghalalkan segala macam cara upaya, sampai kita tega untuk memanfaatkan Allah demi kepentingan diri kita pribadi. Memang kalho sesumbar keluar sih ngakunya sebagai hamba Allah, tetapi kenyataannya yang kebalikannya terjadi dimana kita telah menurunkan derajat Allah menjadi PRT alias Jongos kita !

Kagak percaya ?! Cobalah Anda analisa sendiri isi dari sederet permohonan doa Anda yang berjibun ? Pertama minta agar perut kita jadi kenyang kedua minta selamat, agar semua dosa-dosa Gue diampuni dengan digarnir pemanis basa basi dikit, bahwa Gue juga mo mengampuni dosa orang lain, walaupun kenyataannya boro-boro bisa melupakan; untuk memaafkan orang lain azah udah sulit banget.

Belum lagi permohonan-permohonan lainnya, dimana kita ingin jadi kaya, ingin lulus ujian, ingin sehat waalfiat, ingin dapat pangkat, ingin dapat pasangan hidup yang cocok (baca caem & kaya) dan sederet permohonan-permohonan lainnya. Maka dari itu benarlah apa yang ditulis oleh Ken Blanchard bahwa EGO itu adalah singkatan dari "Edging God Out"! (menomor duakan atau menyisihkan Allah).

Berkat itu bisa didefinisikan untuk semua hal-hal yang dapat membuat hidup kita jadi nikmat, harta, kesehatan, keselamatan dst-nya. Kita "menuntut" berkat dari Allah, karena kita merasa sebagai hamba-Nya, jadi wajarlah kalau Ia memberikan upah kepada kita berupa berkat ! Kalau permohonan kita tidak dikabulkan, maka kita sering ngambek dan mempertanyakan keberadaan-Nya Allah. Kita sesumbar dan ngakunya sih sebagai hamba Allah, tetapi kalho ditanya berapa jam sehari Lho kerja ato melakukan sesuatu untuk Allah ? Boro-boro beberapa jam kalho udah bersedia meluangkan waktu 10 menit azah udah bagus tuh ! Maka dari itu sebelumnya Lho ngambek tanya dulu, apakah Lho layak mendapatkan berkat ini ?

Kita ini dilahirkan sebagai umat Egois, begitu kita brol di dunia ini, kita sudah menuntut agar semua kebutuhan kita dilayani, kalho tidak terkabulkan pasti kita akan menangis. Begitu juga pada masa kanak-kanak, kita ngambek, bahkan terkadang menilai, bahwa ortu kita tidak sayang ama kita, karena permohonan kita tidak dikabulkan, walaupun sebenarnya mereka lebih tahu apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi anaknya.

Sifat manja dan sifat kekanak-kanakan tsb masih tetap terbawakan terus hingga kita dewasa; yang beda hanya sang pemeran pelengkap penderitanya saja, kalau dahulu ortu kita, sekarang digantikan oleh Allah. Kita mencari pengganti ortu yang bisa melayani, melindungi kita, maklum Jongos dirumah baca "Ortu" udah bisa dipensiun, jadi wajarlah kalho kita butuh jongos baru begitu !

Menurut Sigmund Freud manusia ini menciptakan agama dan illah itu sebenarnya sebagai pengganti orang tua kita dengan harapan agar semua kebutuhkan kita bisa terpenuhi. Ah moso sih ? Tanyalah kepada diri sendiri, kapankah kita berdoa semakin rajin dan semakin khusuk, pada umumnya kalho ada maunya. Dan tidak bisa dipungkiri kebanyakan orang menjadi semakin religius, apabila ia sakit atau sedang kena musibah. Oleh sebab itulah kita lebih senang menyebut Allah dengan panggilan nama Bapa, agar lebih familier begitu.

Sebagai orang beragama seharusnya kita mau mengakui dan dapat menerima agar kehendak-Nya saja yang terjadi, maklum Ia kann Big Boss kita, tetapi kenyataannya pada saat kehendak-Nya terjadi kita ngambek dan tidak bisa menerima, karena tidak sesuai dengan keinginan maupun kehendak kita !

Apakah gempa bumi, meletusnya gunung ataupun Tsunami itu hasil dan kehendaknya si setan ? Saya yakin tidak sebab Allah tidak bisa diperintah oleh siapapun juga, sedangkan si setan tidak mempunyai kekuasaan maupun kemampuan untuk melakukan ini. Jadi jelas semuanya ini adalah kehendak-Nya oleh sebab itulah seharusnya kita bilang "Tenkyu dan Amin" azah kagak banyak tanya ini maupun itu, bahkan yang lebih kurang ajar lagi dimana kita ingin menggugat maupun menyalahkan Dia ! Kenapa kagak sekalian nge-demo Allah azah
!

Jadi sebenarnya kita ini masih seperti anak kecil dan secara rohani belum dewasa. Kita ingin dilayani terus-menerus; merengek ataupun ngambek apabila permohonan kita tidak dikabulkan, walaupun di dalam Doa sih kita komat-kamit "Biarlah kehendak-Mu terjadi", tetapi wajarlah itu kan namanya juga sekedar basa-basi ato rayuan gombal pemanis doa eh pemanis bibir ato lip-service azah, Allah juga senang kok dirayu dan dipuji !

Kita ini sebenarnya udah jadi pengidap Narsis Rohani berat, dimana kita menuntut agar kehendak Gue saja yang kudu terjadi sedangkan Allah adalah hambanya Gue. Jadi wajarlah kalho Dia kudu selalu mau mengabulkan permohonan Gue. Kita merasa seakan-akan diri kita ini lebih tinggi daripada Sang Pencipta dan ini namanya udah dosa berat tuh, karena ini berarti menghujat Allah.