2006-06-07

SEHAT DALAM PERSPEKTIF SUFI

Salah satu tradisi yang digemari kaum sufi adalah kecenderungannya untuk berkhidmat, menolong dan memuliakan manusia. Tradisi itu diyakini sebagai upaya untuk mendekati Tuhan. mereka meniru akhlak Tuhan sebanyak-banyaknya dan menyerap sifat-sifat-Nya untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sifat Tuhan yang paling menonjol adalah belas kasih sayang-Nya terhadap manusia. Para sufi berusaha menyebarkan dan memberikan belas kasih ini ditengah-tengah kehidupan manusia. Menjadi penenang hati yang gundah, peneduh jiwa yang gersang, penolong orang yang susah, petunjuk bagi yang sesat dan menjadi “dokter” bagi orang yang sakit. Bakti terhadap manusia yang dianggap paling mulia, diyakini sebagai anugerah langsung dari Tuhan oleh para sufi adalah baktinya untuk mengobati orang sakit.

Para sufi tidak memisahkan antara penyakit fisik, pikiran dan jiwa, semuanya saling mempengaruhi. Mereka berusaha menyeimbangkan ketiga unsur di atas agar tetap harmonis. Bagi mereka, manusia bukan hanya sebongkah tubuh yang kasat mata saja tapi memiliki wilayah bathin, yang merupakan penghubung langsung dengan Tuhan, yaitu jiwa tempat cahaya-Nya bersemayam. Kesehatan jiwa inilah yang diusahakan terus-menerus oleh kaum sufi. Pengobatan jiwa diposisikan sebagai pengobatan yang paling utama dan merupakan pusat dari tubuh dan pikiran. Jika jiwa seseorang sehat maka tubuh dan pikiran pun akan terkondisiokan untuk tetap sehat. Sebelum melakukan pengobatan, mereka biasanya mendiagnosa pasien terlebih dahulu. Apakah yang sakit itu badan, jiwa atau pikirannya. Jika badan yang sakit, maka mereka menggunakan kekayaan alam, seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan, yang diramu khusus tanpa dicampur zat lain sebagai obatnya. Pengobatan ini dipersiapkan untuk kesehatan fisik, darinya akan terbentuklah kesehatan fisik. Para sufi menawarkan cara tersendiri untuk memahami masalah, mengenali diri dan lingkungannya, memaknai hidup, mencari kebenaran, kebahagian dan kedamaian. Untuk keselamatan dunia akhirat.

Jika manusia sudah memiliki kesehatan fisik dan mental secara optimal, maka pengobatan dilanjutkan kepada pengobatan jiwa (spiritual). Pada tahap ini seseorang diajak untuk membuka kesadarannya akan ketuhanan secara luas, dengan menjalani sebuah latihan atau ibadah khusus yang bertujuan untuk menlenyapkan sifat-sifat tercela dan menumbuhkan sifat-sifat yang baik. Ibadah khusus yang dilakukan berfungsi sebagai sebuah jalan untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Agama dan keimanan merupakan basis terpenting dalam pengobatan jiwa. Karena pada prinsipnya. Agama mengajarkan berbagai macam bentuk ibadah yang bertujuan untuk memelihara kesucian dan keagungan ruhani manusia, agar seluruh perilakunya mengarah pada yang suci dan agung pula. Dalam pencapaian spiritual ke tingkat yang lebih tinggi, agama dapat diposisikan sebagai sure of the soul, penyembuhan ruhani. Sedangkan keimanan merupakan suatu energi yang memotivasi seseorang untuk melaksanalkan ajaran agamanya secara teguh dan kontinyu. Sehingga jiwanya mendapat pengobatan yang intensif dan menperoleh kesehatan spiritual yang maksimal dengan kondisi jiwa yang tenang. Jiwa ini disebut nafs al-mithmainnah.

Untuk jiwa yang sakit kaum sufi menpergunakan beberapa metoda penyembuhan, antara lain:dzikir, shalat dan puasa. berdzikir merupakan latihan dasar bagi orang dalam mengobati jiwanya. Potensi ruh (energi) dan hati yang ada dalam jiwa akan teraktifkan dengan dzikir. Dengan demikian, komunikasi dengan Tuhan dan pengetahuan tentang cara hidup yang harus dijalani akan diperoleh. Hidup akan terarah dengan benar dan kembali pada Tuhan dengan selamat. Dzikir adalah sebuah cara agar Tuhan selalu menerangi hati dan mebimbing kehidupan. Hati manusia yang begitu keras bagaikan batu dan condong pada dunia akan luluh dengan dzikir yang terus-menerus. Hati pun akan menjadi lembut untuk menperoleh cahaya Tuhan.

Shalat juga akan membuat jiwa sehat apabila kita lakukan dengan khusyu. Dalam shalat, tubuh, jiwa dan pikiran diajak bersatu pada yang tunggal yaitu Allah SWT. Dengan demikian, kehadiran Tuhan akan dirasakan karena di asini kita meniadakan selain-Nya. Shalat adalah sebuah perjalanan panjang yang merangkum perjalanan hidup kita, seakan-akan disadarkan akan asal dan tujuan hidup. Manusia bukan hanya makluh yang harus menperoleh kebahagiannya di bumi saja, tapi manusia adalah makluh spiritual, makluh suci yang harus menjaga kesucian dan kembali kepada Tuhan. Sebagaimana rumi bersyair,”manusia bagaikan sepotong bambu yang tercerabut dari rumpunnya setiap saat dirinya gelisah dan menangis karena rindu untuk kembali ke tempat asalnya yang suci.”

Adapun puasa, merupakan latihan untuk memperhalus perasaan kita, mengasah keperdulian terhadap penderitaan sesama dan lingkungannya, serta menumbuhkembangkan sifat-sifat kemanusiaan, agar nampak dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih, puasa merupakan cara untuk melepaskan kecenderungan jiwa yang terdominasi keinginan-keinginan tubuh. Kehidupan kita hanya peka terhadap kebutuhan tubuh. Sedangkan jiwa tidak diperhatikan dan akhirnya berpenyakit Suhrawardi al-maqtul mengatakan bahwa puasa berfungsi mengurangi beban material tubuh, menurutnya, tubuh tercipta dari bahan kasar, berupa tanah lempung (basah). Sedangkan jiwa tercipta dari bahan halus yang merupakan aspek batin manusia yang merupakan hembusan nafas Tuhan dalam jiwa untuk menuntun tubuh memahami ayat-ayatNya. Jiwa tidak bisa mengaktifkan potensi ruh ini, karena terpenjara oleh kekuasaan tubuh dan mendominasinya sehingga jiwa semakin terpuruk dan terhalangi oleh gelapnya tubuh yang bersifat materi. Ketika manusia banyak memuaskan keinginan tubuhnya dengan mengkonsusi materi, maka semakin tambahlah sisi materialnya, dan semakin sulit baginya untuk keluar dari tubuh, dan menangkap pesan-pesan Tuhan dengan cahaya ruh-Nya. Dengan puasa, materi tubuh dapat dikurangi dan jiwa mulai nampak keluar, memimpin tubuh dengan kekuatan ruhaninya dan menjadika seluruh anggota tubuh agar memahami seluruh ciptaan Tuhan yang bersifat materi atas perintah jiwa. Dengan demikian teraktiflah seluruh potensi yang ada dalam diri manusia sesuai fungsinya, yaitu menjaga kesuciannya. Hanya dengan penerangan Tuhanlah manusia bisa kembali dengan suci.

Pandangan kaum sufi tentang konsep sehat di atas, bersifat lebih menyeluruh, mereka menganggap bahwa tubuh adalah satu kesatuan yang utuh. Sebentar lagi kita akan memahami bahwa konsep sufi dalam hal ini tidaklah jauh beda dengan ilmu kedokteran holistik.

Ada kesamaan yang dikembangkan dan ditanamkan dalam diri si pasien dalam proses pengobatannya. Salah satunya adalah konsep “keyakinan”. Baik kaum sufi maupun tabib, membenankan keyakinan, agar proses penyembuhan dapat berjalan baik. Tanpa keyakinan yang kuat, kecil kemungkinan sembuh diperoleh.

Kaum sufi lebih suka mengajak kepada hal-hal yang ada dalam diri manusia. Maka metode yang diterapkannya merupakan metoda untuk kesehatan diri yang hanya dapat diperoleh atas inisiatif pasien diri sendiri. Seorang sufi hanya bertindak sebagai pembimbing, bukan penyembuh. Membimbing ke arah yang diharapkan, yakni kesembuhan. Penentu kesembuhan hanyalan Allah Azza Wa Jalla.

Namun kita akan segera melihat bahwa secara konseptual, penyembuhan cara sufi ini menpunyai banyak kekurangan. Cara mereka dalam memandang sehat, metoda penyembuhan dan lain-lain belum banyak kita dapatkan. Sumber buku yang membahas “sehat cara sufi”, sebagian besar di tulis bukan oleh seorang sufi, tapi oleh orang yang mempunyai pengetahuan tentang kesufian. Kita pun patut bertanya, siapa sebenarnya berhak menyebut dirinya atau orang lain sebagai sufi?

Dalam hal ini belum ada penjabaran yang terperinci di kalangan sufi sendiri tentang beberapa metoda yang dijelaskan diatas, seperti metoda szikir, shalat dan puasa yang dikhususkan pada kesehatan.

Namun beberapa kelompok atau organisasi yang secara khusus mnengembangkan metoda ibadah menuju khusyu’, banyak para anggotanya mengalamini peningkatan kesehatan fisik dan psikis. Hal ini menunjukkan korelasi ibadah yang khusyu’ bisa menpengaruhi pola pikir dan pola hidup yang membawa dampak ketenangan pikiran dan keteraturan hidup. Tidak heran bila para anggotanya yang mengalami peningkatan kesehatan secara dratis.