2006-06-01

Mengejek Ombak


Membiarkan si peneriak ombak mengejek ombak yang tentu saja tidak bisa menyentuh kakinya.....

Pernahkah anda melihat seseorang yang sedang bermain ombak di tepi pantai, pasti pernah, kalau tidak tentu anda belum pernah ke pantai atau saking sibuknya tidak memperhatikan aktivitas di pantai, kasihan juga kalau begitu ....
Tapi pernahkah anda melihat seseorang yang bermain-main di pantai, berteriak pada ombak yang datang mendekati bibir pantai, mendekati tempat berdirinya si orang itu dan lalu dia berlari mundur dan berteriak kepada si ombak,"Hoi nggak kena hoi.....!!!!!"
Pernahkah anda melihat kejadian ini?
Kalaulah pernah tentu anda akan bertanya-tanya, orang ini gila, mentalnya terbelakang atau sedang bercanda....???!!!
Tapi coba kalau anda melihat bahwa yang melakukan itu adalah seseorang yang menggunakan pakaian pendeta agung, entah agama mana, terserah anda deh, dan bergaya penuh kesadaran, penuh keagungan, tapi toh dia melakukan itu, nah, loh!!!!???
Memang saya tidak benar-benar melihat kejadian seperti itu, itu sekedar sebentuk perumpamaan saja akan suatu kejadian dalam bentuk lain, di mana ombak itu adalah individu anonim atau bahkan bisa saja manifestasi dari program komputer yang lalu menjadi spammer di berbagai milis dan lalu kalau kita amati orang-orang yang menggunakan jubah kependetaannya secara artifisial, jubah kesadaran agungnya yang superfisial menyikapinya seolah-olah bentukan itu adalah seseorang yang mau diajak berbicara, mau diajak ngobrol tentang kesadaran, yah seperti berteriak pada ombak itu.
Kita mau mengatakan beliau itu idiot, imbisil atau sinting, tentu tidak enak, tapi kenyataannya beliau semestinya tahu bahwa itu tidak semestinya disikapi dengan gaya dialog, cukuplah diinformasikan ke moderator via japri, lalu kita lanjut ngobrolnya soal yang lain.
Tapi sebetulnya mungkin saja itu merupakan tanda sedemikian kentalnya kebutuhan untuk menunjukkan besarnya perhatian yang bersangkutan itu terhadap komunitas yang dia ikuti, lalu tanpa menunjukkan itu ke hadapan khalayak, rasanya kok kurang pantas sebagai seseorang yang terhormat dan gentleman. Yah, katakanlah sebentul rasa diri ingin diakui atau perhatian yang berlebihan, lalu tentu saja anda bertanya apakah itu bukan sebentuk ego? Sebentuk kedirian, kepemilikan....?
Mungkin saja hal itu sungguh wajar bagi kita semua, namun ketika seseorang itu memposisikan diri sebagai terapist, pakar penghilang ke dirian, pakar penghancur ke egoisan, lalu tentu saja anda akan bertanya-tanya dalam hati, apakah yang bersangkutan ini sedang ngelindur, mabok atau lagi pamer keakuannya yang telah menjadi demikian besarnya sehingga tiada ruang di jagad ini yang tidak diisi oleh ego dan keakuannya sehingga mungkin bagi yang bersangkutan itu lalu tiada aku lagi karena tidak terlihat lagi - saking besarnya memenuhi jagad raya.... :))
Ya, saya pun tidak tahu, sahabat, saya cuma menonton dan meringis sedih saja..... karena ternyata di diskusi lain, ybs itu mengakui metode penghilang aku yang diconteknya dari berbagai metode sebagai metodenya, padahal metodenya itu semestinya menghilangkan rasa kepemilikan dan kemelekatan pribadi pada keduniawian dan segala bentuk egoisme, kok lalu merasa perlu mengklaim sesuatu sebagai ciptaan dan ajaran yang diramunya..... yah, di sini lah perlunya kita dengan besar hati membiarkan si peneriak ombak mengejek ombak yang tentu saja tidak bisa menyentuh kakinya.....